<$BlogItemBody>

Monday, April 09, 2007

MENGENANG PENGKHIDMATAN KADER MUHAMMADIYAH

Keluarga besar Muhammadiyah sungguh kehilangan dengan wafatnya Dr. H. Muhammad Masykur Wiratmo, Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah. Almarhum meninggal karena kecelakaan pesawat Garuda yang terbakar di Lanud Adisucipto Yogyakarta, hari Rabu 7 Maret 2007 yang lalu. Kami juga merasakan duka sebagaimana duka yang dialami keluarga, yang kehilangan orang yang disayangi dan sangat berarti dengan musibah yang tak terduga itu. Tapi kami juga yakin, keluarga almarhum, istri (Hj. Siti Aminah) dan kedua putranya (Nuri dan Galang) serta keluarga besar Dr. H. M. Masykur Wiratmo, ikhlas dan sabar menerima musibah itu. Allah telah memanggil hambanya untuk kembali ke sisi-Nya, inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un.
Kita keluarga besar Muhammadiyah mengenal almarhum Masykur Wiratmo sebagai kader dan tokoh muda yang bukan saja cerdas dan berpikiran maju, tetapi juga baik hati dan energik. Lebih khusus lagi, almarhum begitu tinggi pengkhidmatannya pada Muhammadiyah. Tak ada kata tidak jika ditugaskan oleh Muhammadiyah, termasuk jika diundang oleh Muhammadiyah dari daerah-daerah. Padahal almarhum tergolong sibuk, baik di FE UGM, maupun untuk tugas-tugas lainnya selaku ekonom yang profesional. Beberapa kali bersama almarhum untuk tugas Muhammaiyah, sosok kader yang satu ini selalu riang dan penuh semangat, sehingga keluarga besar Muhammadiyah yang didatanginya merasakan aroma kehangatan, selain buah pikirannya yang cerdas dan mencerahkan.
Dr. Masykur Wiratmo adalah sosok yang menghayati betul Muhammadiyah. Kendati pikirannya maju, rasional, dan selalu menyuarakan agar Muhammadiyah dikelola secara profesional, dia tetap berpijak pada bumi Muhammadiyah. Di beberapa kesempatan, ketika membahas tentang manajemen Muhammadiyah yang termasuk salah satu keahliannya, selalu saja ditarik ke manajemen gerakan. Nilai-nilai kemuhammadiyahan selalu diangkatnya sebagai bingkai. Lebih dari itu, dia sering mengingatkan agar Muhammadiyah diurus atau dikelola dengan sungguh-sungguh, jadi pimpinan Muhammadiyah juga harus berkhidmat secara optimal. Selalu ada keseimbangan yang dia tawarkan.
Pengalaman dan pergumulannya di Muhammadiyah sejak di Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) telah membawanya pada pemahaman yang mendalam mengenai nilai-nilai gerakan. Sebagai salah seorang sahabatnya, penulis kenal betul Dr. Masykur Wiratmo sebagai sosok kader yang sering berpikir kritis tentang Muhammadiyah, tetapi sekaligus konsekuen untuk berkiprah. Jadi tidak semata-mata bicara kritis dan objektif, tetapi juga melakukan. Kami menyebut dia Antung, panggilan akrab sebagaimana panggilan di lingkungan keluarga. Mas Antung, memang kuyup betul dalam bermuhammadiyah, sehingga pikirannya yang maju tidak menghalanginya untuk berbuat dalam membesarkan Muhammadiyah. Bahkan, dengan pikirannya yang maju dan kritis, almarhum tak pernah menolak ditempatkan di posisi apapun di Persyarikatan.
Muhammad Masykur Wiratmo pernah menjadi Ketua Lembaga Pembina dan Pengawasan Keuangan (LPPK) PP Muhammadiyah pada periode 2000-20005. Pada periode sebelumnya menjadi anggota Majelis Pendidikan Kader PP Muhammadiyah. Setelah Muktamar ke-45 di Malang, almarhum dipercaya sebagai Ketua Majelis Diktilitbang PP Muhammadiyah untuk periode 2005-2010, sebuah majelis yang memiliki beban berat tetapi juga strategis. Sejak diberi amanat selaku Ketua bersama rekan-rekannya yang berenergi muda di Majelis Diktilitbang, almarhum begitu serius dan penuh semangat untuk mengembangkan kualitas pendidikan tinggi Muhammadiyah. Tim Majelis yang dipimpinnya selain solid, juga satu irama untuk mengembangkan dan memajukan pendidikan tinggi. Penulis ingat betul, sebelum kepergiannya ke Jakarta tanggal 6 Maret 2007, bersama Prof. Dr. H. Edy Suandi Hamid (Wakil Ketua Majelis Diktilitbang, juga Rektor UII) dan Safar Nasir (anggota Majelis Diktiltbang), kami berbincang serius tapi santai mengenai berbagai persoalan PTM (Perguruan Tinggi Muhammadiyah). Almarhum selalu memproyeksikan perbincangan ke masa depan PTM, tetapi selalu ada pula tawaran-tawaran keseimbangan ketika menghadapi masalah krusial di PTM.
Dr. Masykur Wiratmo selaku Ketua Majelis Diktilitbang, juga apresiatif terhadap pembinaan ideologis dalam Muhammadiyah. Bersama koleganya dari Majelis Pendidikan Kader (MPK) melaksanakan pertemuan nasional PTM untuk pembinaan ideologi di lingkungan PTM, termasuk di kalangan mahasiswa dengan melibatkan Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah. Pada saat itu isu pengeroposan ideologi sedang menghangat, sebagai realitas yang memang faktual dalam Muhammadiyah. Lagi-lagi dia meminta keseriusan dalam pembinaan Al-Islam dan Kemuhammadiyah, lebih dari sekadar komitmen di atas kertas. Seraya diingatkan tentang pentingnya pengembangan kualitas PTM.
Mas Antung dan keluarganya memang lahir dalam tradisi gerakan. Sebagaimana keluarga-keluarga Muhammadiyah lainnya, tiada hari tanpa Muhammadiyah. Bersama istrinya, yang juga pengurus Aisyiyah di Sleman, Mas Antung tidak jarang mengantar anggota Aisyiyah lainnya untuk kegiatan dengan kendaraannya. Sikapnya yang bersahaja dan suka membantu, membuat almarhum dan keluarganya dekat dan diakrabi keluarga besar Muhammadiyah. Hidupnya menyatu dengan Muhammadiyah. Muhammadiyah menjadi darah-dagingnya untuk berjuang. Karena itu, ketika Allah mengambilnya melalui kecelakaan pesawat yang mengejutkan itu, kita menjadi saksi akan kesyahidannya di jalan Allah. Almarhum naik pesawat yang terkena musibah itu dari Jakarta ke Yogyakarta, tidak lain karena menunaikan tugas Muhammadiyah.
Kita melepas kepergian Dr. Masykur Wiratmo dengan ikhlas dan sabar, sekaligus harapan agar kader Muhammadiyah juga anggota keluarga yang ditinggalkannya termasuk istri dan kedua putranya, dapat belajar sekaligus meneruskan perjuangan almarhum di Muhammadiyah. Bagaimana bermuhammadiyah dengan penuh pengkhidmatan dan pengorbanan, sekaligus cerdas dan berkemajuan. Muhammadiyah kini dan ke depan memerlukan orang-orang yang dengan potensi dirinya yang besar rela berkhidmat untuk Muhammadiyah, dalam keadaan apapun. Itulah perjuangan fi-sabilillah melalui Muhammadiyah.
Dalam beberapa bulan terakhir ini memang Muhammadiyah kehilangan beberapa kadernya. Mas Yasri Sulaiman (Wakil Ketua MPM PP Muhammadiyah), Nuruddin Hanim Bashori (Pemuda Muhammadiyah dan ME Muhammadiyah Wilayah), Erwin (Anggota LPI PP Muhammadiyah), Masyhari Makhasi (Anggota MTDK PP Muhammadiyah dan mantan Ketua Umum PP IPM), dan Mas Ardjani Asdinardju (Staf Khusus dan mantan wakil Sekretaris PP Muhammadiyah), mereka telah dipanggil Allah ketika sedang giat-giatnya berkiprah dalam Persyarikatan Muhammadiyah. Kita sungguh telah kehilangan kader-kader Persyarikatan yang dibutuhkan untuk kemajuan dan masa depan Muhammadiyah. Namun kita harus merelakannya dengan ikhlas karena Allah telah memanggilnya. Semoga Allah menerima amal ibadah para kader Muhammadiyah yang kita cintai itu, mengampuni salah dan dosanya, serta dilapangkan jalan menuju surga jannatun na’im. Sedangkan para keluarga yang ditinggalkannya, dikuatkan iman, sabar, tawakal, keikhlasan, serta kekuatan untuk melanjutkan perjuangan dalam kehidupan yang fana ini.
Bagi kita yang ditinggalkannya, mari berkiprah lebih optimal dalam Muhammadiyah. Selagi Allah masih melimpahkan nikmat dan karunia berupa usia, rezeki, tenaga, pikiran, dan kemampuan-kemampuan lainnya yang kita miliki, maka terbuka jalan Allah yang sangat luas untuk bersabilullah melalui Muhammadiyah. Allah masih membuka jalan lapang untuk setiap hambanya guna berkiprah di jalan-Nya melalui Muhammadiyah lil-‘izzat al-Islam wa al-muslimin serta memerankan risalah rahmatan lil-‘alamin di muka bumi ini. Siapa bersungguh-sungguh berjuang di jalan Allah, Dia pasti memberinya petunjuk dan jalan lempang. Man jahada fiina lanahdiyannahum subulana. (Haedar Nashir)

0 Comments:

Post a Comment

Subscribe to Post Comments [Atom]

<< Home